Saturday, May 25, 2019

PENERAPAN MODEL TRANSPORTASI VAM DAN MODI  UNTUK DISTRIBUSI PRODUK COCA-COLA BOTTLING

SISTEM TRANSPORTASI

Almerindo Bianco Sequeira
26 Mei 2019. Sequeira.blogspot.com

ABSTRAK

Penelitian literatur ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model transportasi distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia, Karena diketahui bahwa biaya distribusi dalam perusahaan yang saat ini sanggat tinggi. Metode analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan model VAM untuk memperoleh solusi awal, kemudian menggunakan model MODI untuk memperoleh solusi akhir, dan menggunakan model Stepping Stone sebagai perbandingan. Dari hasil penelitian dan perhitungan diperoleh hasil bahwa penerapan model transportasi distribusi dengan menggunakan model VAM dan MODI dapat menghemat biaya distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia.

Kata Kunci :  Model Transportasi Distribusian Produk.


I.   PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Setiap perusahaan di dunia selalu mengharapkan keuntungan yang semaksimal mungkin agar siklus hidup perusahaan dapat tetap berjalan baik itu perusahaan manufaktur maupun jasa. Untuk itu, perusahaan tersebut harus mampu mengatur sedemikian rupa biaya yang digunakan agar tetap terjadi rentang antara pengeluaran dan pemasukan perusahaan. Semakin besar rentang antara pemasukan dan pengeluaran perusahaan, maka semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh dengan harapan pengeluaran selalu lebih rendah daripada pemasukan perusahaan. Salah satu biaya yang menjadi perhatian adalah biaya dalam proses operasional perusahaan, karena biaya operasional perusahaan merupakan langkah awal dalam merancang pengeluaran dan pendapatan perusahaan.
Bagi perusahaan manufaktur dan sebagian perusahaan dalam bidang jasa, biaya operasional tidak terbatas hanya dalam memproduksi suatu barang sampai menjadi barang jadi tetapi juga sampai barang tersebut dapat didistribusikan agar dapat sampai kepada gudang hingga ke tanggan konsumen. Dalam mendistribusikan produk ke berbagai daerah sebagai salah satu bagian dari operasional perusahaan, tentunya membutuhkan biaya transportasi yang tidak sedikit jumlahnya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang agar biaya transportasi yang dikeluarkan seefisien mungkin dan tidak menjadi persoalan yang dapat menguras biaya besar.
Perusahaan Coca-Cola Bottling mempunyai beberapa pabrik dan gudang yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia yang kegiatan usahanya memproduksi minuman ringan dalam jumlah yang besar. Dengan pendistribusian produk minuman ringan yang banyak tersebut maka sangatlah cocok untuk mengukur biaya distribusi yang efesien dengan menggunakan model transportasi VAM dan MODI.



1.2  Identifikasi  Permasalahan
Dari latar belakang yang dikemukakan, maka permasalahan pokok yang akan dibahas yakni: Apakah penerapan Model Transportasi distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia dapat menghemat biaya distribusi?

1.3  Tujuan
Penelitian literatur ini bertujuan untuk mengetahui biaya distribusi yang efesien dalam model transportasi distribusi produk di perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia.  

1.4  Manfaat
1.      Sebagai bahan pertimbangan awal untuk meningkatkan penghematan biaya distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia.
2.      Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya menyangkut analisa perusahaan dengan menggunakan model transportasi distribusi.


II.  DESKRIPSI SISTEM
2.1    Deskripsi Sistem Aktual

A.       Deskripsi Perusahaan Coca-Cola Boatting Indonesia
Perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari perusahaan-perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan lokal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil Limited (CCA), sebuah perusahaan publik dari Australia yang merupakan perusahaan pembotolan dan distributor terbesar produk-produk Coca-Cola dunia.

B.       Pabrik dan Gudang
1.        Pabrik
Perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia mempunyai beberapa pabrik yang terletak di berbagai kota di Indonesia, di antaranya:
a.    Bandung
Alamat: Jl. Raya Bandung – Garut Km. 2, Cimanggung – Sumedang.
b.    Surabaya
Alamat: Jl. Surabaya – Malang Km. 43, Kepulungan – Gempol.
c.    Bali
Alamat: Jl. Raya Bedugul Km. 21, Mengwi – Badung.
2.        Gudang
Seperti halnya dengan pabrik, perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia juga mempunyai beberapa gudang yang tersebar di berbagai kota, di antaranya:
a.    Jakarta
Alamat: Wisma GKBI, Jl. Sudirman 28.
b.    Makassar
Alamat: Jl. P. Kemerdekaan Km. 17.
c.    Kendari
Alamat: Jl. WR. Suprapto No. 18.

  
C.       Kapasitas dan Permintaan
Adapun kapasitas produksi setiap pabrik dan kapasitas kebutuhan setiap gudang adalah:
a.    Kapasitas produksi pabrik:  
§   Bandung = 87.500 cases
§   Surabaya = 120.000 cases
§   Bali  = 57.000 cases
b.    Permintaan kebutuhan gudang:
§   Jakarta  = 1.500 cases
§   Makassar = 180.000 cases
§   Kendari = 83.000 cases

D.       Transportasi dan Biaya Distribusi
1.    Jenis
Dalam mendistribusikan produk ke setiap daerah atau gudang, Perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia menggunakan dua jenis transportasi, yaitu:
a.    Untuk jalur antar pulau atau laut dengan menggunakan kapal laut (kontainer).
b.    Untuk jalur darat dengan menggunakan truk (kontainer).
2.    Biaya
Adapun biaya transportasi (Rupiah) perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia dalam mendistribusikan produk dari setiap pabrik ke setiap gudang adalah:
a.    Bandung – Jakarta = Rp. 2.215.000,- per kontainer
b.    Bandung – Makassar = Rp. 8.860.000,- per kontainer
c.    Bandung – Kendari = Rp. 14.700.000,- per kontainer
d.    Surabaya – Jakarta = Rp. 2.100.000,- per kontainer
e.    Surabaya – Makassar = Rp. 6.300.000,- per kontainer
f.     Surabaya – Kendari = Rp. 8.620.000,- per kontainer
g.    Bali – Jakarta  = Rp. 4.625.000,- per kontainer
h.    Bali – Makassar  = Rp. 9.250.000,- per kontainer
i.      Bali – Kendari  = Rp. 11.325.000,- per kontainer

Adapun isi setiap container berjumlah 3.200 cases. Jadi, biaya transportasi per cases adalah:
a.    Bandung – Jakarta = 2.215.000 / 3200 = 692 per cases
b.    Bandung – Makassar = 8.860.000 / 3200 = 2.769 per cases
c.    Bandung – Kendari = 14.700.000 / 3200 = 4.594 per cases
d.    Surabaya – Jakarta = 2.100.000 / 3200 = 656 per cases
e.    Surabaya – Makassar = 6.300.000 / 3200 = 1.969 per cases
f.     Surabaya – Kendari = 8.620.000 / 3200 = 2.694 per cases
g.    Bali – Jakarta  = 4.625.000 / 3200 = 1.445 per cases
h.    Bali – Makassar  = 9.250.000 / 3200 = 2.891 per cases
i.      Bali – Kendari  = 11.325.000 / 3200 = 3.539 per cases

Biaya transportasi selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 1:
Dari Ke
Jakarta
Kendari
Makasar
Bandung
Rp. 692 / cases
Rp. 2.769 / cases
Rp. 4.594 / cases
Surabaya
Rp. 656 / cases
Rp. 1.969 / cases
Rp. 2.694 / cases
Bali
Rp. 1.445 / cases
Rp. 2.891 / cases
Rp. 3.539 / cases
Tabel 1; Biaya Transportasi produk Coca-Cola Botting Indonesia
E.       Diagram Alir Distribusi Produk Coca-Cola Booting Indonesia
Perusahaan Coca-Cola Botting Indonesia memeliki tiga (3) pabrik untuk aktivitas produksi produk Coca-Cola secara dinamis diantaranya; Pabrik Bandung, Pabrik Surabaya dan Pabrik Bali, Serta perusahaan Coca-Cola Botting Indonesia juga memiliki tiga (3) gudang terbesar di Indonesia untuk aktivitas pemasaran produknya keseluruh customer di Indonesia dan luar negri, gudang-gudang tersebut diantaranya Gudang Jakarta, Gudang Kendari dan Gudang Makasar. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan model diagram alir untuk transportasi distribusi produk Coca-Cola dari pabrik ke gudang yang tersedia.













 2.2    Identifikasi Variabel
Vaiabel-variabel yang digunakan dalam transportasi dan distribusi produk Coca-Cola Botting adalah sebagai berikut Si Kapasitas Penawaran (S) unit dari Sumber (i), Dj Kapasitas Permintaan (D) unit dari Tujuan (j),  Xij  Unit yang Dikirimkan dari sumber i ke Gudang Tujuan (j),  Cij  Biaya Angkut per unit dari Sumber (i) ke Tujuan (j). Supply chain  bersifat dinamis, sehingga dalam proses memindahkan produk dari pabrik ke gudang distributor diikuti oleh arus informasi dan dana.
Kuantitas produk coca-cola yang didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan besarnya tertentu. Produk Coca-Cola Botting yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya sesuai dengan permintaan gudang dan kapasitas sumber pabrik.

2.3         Deskripsi Model yang Digunakan
Model yang diggunakan dalam transportasi distribusi produk Coca-Cola Botting yaitu secara dinamis atau terus menerus dalam sistem operasional perusahaan. Dalam mendistribusikan produk ke setiap daerah atau gudang, Perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia menggunakan dua jenis transportasi, yaitu:
1.        Untuk jalur antar pulau atau laut dengan menggunakan kapal laut (kontainer).
2.        Untuk jalur darat dengan menggunakan truk (kontainer).


  
III.  PEMODELAN
3.1  Asumsi Model
Dari pengamatan penelitian pada model transportasi distribusi yang diggunakan oleh perusahaan Coca-Cola Botting untuk mendistribusikan produk Coca-Cola dari pabrik ke gudang yang tersedia membutuhkan biaya distribusi yang sangat besar, sehingga peneliti mengasumsikan untuk meneliti dengan tujuan untuk meminimasikan biaya trasportasi distribusi produk dari beberapa lokasi pabrik ke gudang-gudang perusahaan yang tersedia.
Model yang peneliti asumsikan adalah model transportasi Vogels Approximasi Method (VAM) dan Modified Distribution (MODI) untuk dapat menghemat/meminimumkan biaya dan meningkatkan laba / pendapatan perusahaan.

3.2  Pengembangan Model
Gambar 2; Diagram Model Konspetual

1.        Metode Aproksimasi Vogel (VAM)
VAM merupakan cara yang lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan kasus transportasi dengan lebih mudah dan lebih cepat. Namun demikian, penyelesaian yang diperoleh kadang belum optimal, tetapi hanya mendekati optimal. Hasil penyelesaian masih bisa dioptimalkan dengan metode lain.

Langkah – langkah Metode VAM menurut Sri Mulyono (1999), “Proses VAM dapat
Diringkas sebagai berikut :
a.    Hitung opportunity cost untuk setiap baris dan kolom. Opportunity cost untuk setiap baris  i dihitung dengan mengurangkan nilai  Cij  terkecil pada baris itu dari nilai  Cij  satu tingkat lebih besar pada baris yang sama. Opportunity cost kolom diperoleh dengan cara yang serupa. Biaya-biaya ini adalah penalty karena tidak memilih kotak dengan biaya minimum.
b.    Pilih baris atau kolom dengan opportunity cost terbesar (jika terdapat nilai kembar, pilih secara sembarang). Alokasikan sebanyak mungkin ke kotak dengan nilai   Cij  minimum pada baris atau kolom yang dipilih. Untuk Cij Terkecil,   Xij = Minimum [Si, Dj]. Artinya penalty terbesar dihindari.
c.    Sesuaikan penawaran dan permintaan untuk menunjukkan alokasi yang sudah dilakukan. Hilangkan semua baris dan kolom di mana penawaran dan permintaan telah dihabiskan.
d.    Jika semua penawaran dan permintaan belum terpenuhi, kembali ke langkah a dan hitung lagi opportunity cost yang baru. Jika semua penawaran dan permintaan, solusi awal telah diperoleh.”

2.        Modified Distribution (MODI)
Menurut Yuwono (2007), “Solusi optimal menggunakan metode MODI ditentukan dengan mengikuti langkah berikut :
a.    Solusi awal telah diketahui / didapatkan
b.    Mencari nilai baris dan kolom dengan rumus:
Rounded Rectangle: R + K = C
 



Keterangan :             R = Baris
                                         K = Kolom
                             C = Biaya
Syarat:
·         Ada dua sel yang sudah diketahui nilainya
·         Melalui sel yang terisi

c.    Menghitung nilai / indeks perbaikan setiap sel yang kosong dengan rumus:
Rounded Rectangle: C - R - K
 



d.    Memilih titik tolak perubahan dengan nilai negatif paling besar
e.    Buat jalur tertutup
f.     Ulangi langkah b - e  sampai indeks perbaikan bernilai ≥ 0



V.  PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS

5.1 Hasil Pengujian Model 
Apakah penerapan Model Transportasi distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia dapat menghemat biaya distribusi ?  

Bentuk analisis yang digunakan dalam penulisan laporang ini adalah dengan menentukan solusi awal terlebih dahulu menggunakan VAM (Vogel’s Approximation Method), kemudian mencari solusi akhir dengan menggunakan metode MODI (Modified Distribution). Setelah biaya optimal distribusi telah ditemukan menggunakan metode MODI, selanjutnya dilakukan penelitian / perbandingan dengan menggunakan metode Stepping Stone untuk memberi keyakinan bahwa biaya yang telah ditemukan benar-benar telah optimal. Dalam mendistribusikan produk dari pabrik-pabrik ke gudang-gudang, perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia menggunakan metode tersendiri. Untuk distribusi produk ke Makassar dan Kendari, biaya transportasi yang digunakan oleh perusahaan dapat mencapai Rp. 5 Milyar.


1.      Analisis dengan Menggunakan Model VAM (Solusi Awal)
·           Tahap 1
Mencari selisih dua biaya terkecil setiapkolom dan baris :

Dari / Ke
Jakarta
Makasar
Kendari
Suplai
Selisih

Bandung

692

2.769

4.594

87.500

2.077
1.500




Surabaya

656

1.969

2.694

120.000

1.313
   X




Bali

1.445

2.891

3.539

57.000

1.446
   X



Permintaan
1.500
180.000
83.000
264.500

Selisih
36
800
845


Ø Dari tabel di atas, ditemukan selisih terbesar berada pada baris Bandung yakni 2.077
Ø Selanjutnya dari baris Bandung ini, kotak kosong dengan biaya terkecil berada pada kotak Bandung - Jakarta.
Ø Kemudian pada kotak tersebut diberi muatan maksimal yakni sebesar 1.500.
Ø Dengan demikian untuk kolom Jakarta, total muatan sudah mencukupi dan selanjutnya tidak perlu dicari selisih lagi.
·           Tahap 2
Dari / Ke
Jakarta
Makasar
Kendari
Suplai
Selisih

Bandung

692

2.769

4.594

87.500

1.825
    1.500

86.000
   X

Surabaya

656

1.969

2.694

120.000

1.313
      X




Bali

1.445

2.891

3.539

57.000

648
      X



Permintaan
1.500
180.000
83.000
264.500

Selisih
-
800
845


Ø Dari tabel di atas, ditemukan selisih terbesar berada pada baris Bandung yakni 1.825.
Ø Selanjutnya dari baris tersebut, kotak kososng dengan biaya terkecil berada pada kotak Bandung – Makassar.
Ø Kemudian pada kotak ini diberi muatan maksimal yakni sebesar 86.000 karena sebelumnya kotak Bandung – Jakarta sudah diberi muatan 1.500.
Ø Dengan demikian untuk baris Bandung, total muatan sudah mencukupi dan selanjutnya tidak perlu dicari selisih lagi.

  ·           Tahap 3
Dari / Ke
Jakarta
Makasar
Kendari
Suplai
Selisih

Bandung

692

2.769

4.594

87.500

-
    1.500

86.000
      X

Surabaya

656

1.969

2.694

120.000

725
       X

94.000


Bali

1.445

2.891

3.539

57.000

648
        X

      X

Permintaan
1.500
180.000
83.000
264.500

Selisih
-
922
845


Ø Dari tabel di atas, ditemukan selisih terbesar berada pada kolom Makassar yakni 922.
Ø Selanjutnya dari kolom tersebut, kotak kosong dengan biaya terkecil berada pada kotak Surabaya – Makassar.
Ø Selanjutnya kotak tersebut diberi muatan maksimal sebesar 94.000 karena sebelumnya kotak Bandung – Makassar sudah diberi muatan sebesar 86.000.
Ø Dengan demikian untuk kolom Makassar, total permintaan sudah terpenuhi dan selanjutnya tidak perlu dicari selisih lagi.

·           Tahap 4
Karena yang tersisa 2 kolom (dari tahap 3), maka kita tidak perlu mencari selisih lagi
Dari / Ke
Jakarta
Makasar
Kendari
Suplai
Selisih

Bandung

692

2.769

4.594

87.500

-
    1.500

 86.000
   X

Surabaya

656

1.969

2.694

120.000

-
     X

  94.000
  26.000

Bali

1.445

2.891

3.539

57.000

-
      X

   X
    57.000
Permintaan
1.500
180.000
83.000
264.500

Selisih
-
-
-


Ø Dari tabel di atas, karena kotak kosong yang terisi tersisa dua kotak, maka tidak perlu mencari selisih lagi tetapi langsung diberi muatan sesuai dengan kebutuhan yang tersisa.
Ø Untuk kotak kosong Surabaya – Kendari, dibutuhkan sebesar 26.000, dan untuk kotak kosong Bali – Kendari dibutuhkan sebesar 57.000.
Ø Dengan demikian, seluruh kebutuhan baris dan kolom sudah terpenuhi yang berarti solusi awal telah ditemukan.

·           Tahap 5
Dengan demikian, besarnya biaya transportasi dari solusi awal yang telah didapatkan adalah:
a.       Bandung – Jakarta            1.500 X 692                = 1.038.000
b.      Bandung -  Makassar        86.000 X 2.769                       = 238.134.000
c.       Surabaya – Makassar        94.000 X 1.969                       = 185.086.000
d.      Surabaya – Kendari          26.000 X 2.694                       =  70.044.000
e.       Bali – Kendari                  57.000 X 3.539                       =   201.723.000

Total                                                                            696.025.000
2.      Analisis dengan Menggunakan Model MODI (Solusi Akhir)
·           Tahap 1
Mencari nilai baris dan kolom. Rumus: R (baris) + K (kolom) = C (biaya)

Dari / Ke
Jakarta
K = 692
Makasar
K = 2.769
Kendari
3.494
Suplai

Bandung
R = 0

692

2.769

4.594

87.500
    1.500

 86.000
  

Surabaya
R = -800

656

1.969

2.694

120.000
    

  94.000
  26.000

Bali
R = 45

1.445

2.891

3.539

57.000
     

  
    57.000

Permintaan


1.500

180.000

83.000

264.500

a.       Kolom Jakarta = Rbandung + Kjakarta = Cbandung-jakarta
                                         0 + Kjakarta                 = 692
                                         Kjakarta                       = 692 – 0 = 692
b.      Kolom Makassar = Rbandung + Kmakassar = Cbandung-makassar
                                                     0 + Kmakassar                         = 2.769
                                         Kmakassar                   = 2.769 – 0 = 2.769
c.       Baris Surabaya = Rsurabaya + Kmakassar = Csurabaya-makassar
                                         Rsurabaya + 2.769       = 1.969
                                         Rsurabaya                    = 1.969 – 2.769 = -800
d.      Kolom Kendari = Rsurabaya + Kkendari = Csurabaya-kendari
                                         -800 + Kkendari          = 2.694
                                                     Kkendari                      = 2.694 – (-800) = 3.494
e.       Baris Bali = Rbali + Kkendari = Cbali-kendari
                                         Rbali + 3.494               = 3.539
                                         Rbali                            = 3.539 – 3.494 = 45

·            Tahap 2
Mencari angka indeks. Rumus: C(biaya) - R(baris) – K(kolom)

Dari / Ke
Jakarta
K = 692
Makasar
K = 2.769
Kendari
3.494
Suplai

Bandung
R = 0

692

2.769

4.594

87.500
    1.500

 86.000
  

Surabaya
R = -800

656

1.969

2.694

120.000
    

  94.000
  26.000

Bali
R = 45

1.445

2.891

3.539

57.000
     

  
    57.000

Permintaan


1.500

180.000

83.000

264.500

a.         Bandung-Kendari              = 4.594 – 0 – 3.494     = 1.100
b.        Surabaya-Jakarta               = 656 – (-800) – 692   = 764
c.         Bali-Jakarta                       = 1.445 – 45 – 692      = 708
d.        Bali-Makasar                     = 2.891 – 45 – 2.769   = 77

Karena tidak ada lagi nilai yang negatif, berarti solusi ini sudah optimal.

·            Tahap 3  
Dengan demikian, besarnya biaya transportasi dari solusi akhir yang telah didapatkan adalah:
a.         Bandung – Jakarta            1.500 X 692                =  1.038.000
b.        Bandung – Makassar         86.000 X 2.769                       =  238.134.000
c.         Surabaya – Makassar        94.000 X 1.969           =  185.086.000
d.        Surabaya – Kendari          26.000 X 2.694           =   70.044.000
e.         Bali – Kendari    57.000 X 3.539  = 201.723.000
Total                                                                            696.025.000
Jadi, total biaya transportasi untuk mendistribusikan produk dari pabrik ke gudang pada solusi akhir sebesar Rp. 696. 025.000,-

3.      Analisis Perbandingan Menggunakan Metode Stepping Stone
·            Tahap 1
Dari / Ke
Jakarta
K = 692
Makasar
K = 2.769
Kendari
3.494
Suplai

Bandung


692

2.769

4.594

87.500
    1.500

 86.000
              -
  
      +

Surabaya


656

1.969

2.694

120.000
    

  94.000
              +
  26.000
      -

Bali


1.445

2.891

3.539

57.000
     

  
    57.000

Permintaan


1.500

180.000

83.000

264.500
Evaluasi kotak kosong dari Bandung – Kendari :  
4.594 – 2.769 + 1.969 – 2.694 = 1.100
·           Tahap 2
Dari / Ke
Jakarta

Makasar

Kendari
Suplai

Bandung


692

2.769

4.594

87.500
    1.500
                   -
 86.000
    +         
  
     

Surabaya


656

1.969

2.694

120.000
    
                   +
  94.000
    -
  26.000
      

Bali


1.445

2.891

3.539

57.000
     

  
    57.000

Permintaan


1.500

180.000

83.000

264.500
Evaluasi kotak kosong Surabaya – Jakarta:
656 – 692 + 2.769 – 1.969 = 764
·           Tahap 3
Dari / Ke
Jakarta

Makasar

Kendari
Suplai

Bandung


692

2.769

4.594

87.500
    1.500
                   -
 86.000
       +    
  
     

Surabaya


656

1.969

2.694

120.000
    
                  
  94.000
 -  
  26.000
    + 

Bali


1.445

2.891

3.539

57.000
     
                   +
  
    57.000
    -

Permintaan


1.500

180.000

83.000

264.500
Evaluasi kotak kosong Bali – Jakarta:
                 1.445 – 692 + 2.769 – 1.969 +2.694 – 3.539 = 708

·           Tahap 4
Dari / Ke
Jakarta
K = 692
Makasar
K = 2.769
Kendari
3.494
Suplai

Bandung


692

2.769

4.594

87.500
    1.500

 86.000
             
  
     

Surabaya


656

1.969

2.694

120.000
    

  94.000
              -
  26.000
    +

Bali


1.445

2.891

3.539

57.000
     

  
             +
    57.000
   -

Permintaan


1.500

180.000

83.000

264.500

Evaluasi kotak kosong Bali – Makassar :
2.891 – 1.969 + 2.694 – 3.539 = 77
Karena tidak ada lagi nilai yang negatif, berarti solusi biaya transportasi di atas sudah optimal yakni sebesar Rp. 696. 025.000,-.

5.2 Analisis
Dari hasil perhitungan dengan model-model di atas adalah untuk mencari solusi dan mendapatkan biaya transportasi yang minimum agar dapat menghemat biaya total pengiriman Coca-Cola Bottling Indonesia dari suatu gudang ke berbagai daerah tempat pemasaran. Model yang digunakan dalam penelitian untuk menyelesaikan permasalahan dalam metode transportasi adalah model Vogel’s Approximation Method (VAM) dan Modified Distribution (MODI).
Hasil solusi yang optimal yang diperoleh dengan menggunakan MODI dan hasil pengujian dengan menggunakan SSM menunjukkan hasil yang sama.
Dari permasalahan yang dituliskan diatas bahwa Apakah penerapan Model Transportasi distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia dapat menghemat biaya distribusi? Maka hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa biaya transportasi distribusi yang optimal adalah sebesar Rp. 696.025.000,- dan dari hasil perhitungan yang diperoleh, besarnya pendistribusian produk dari pabrik ke gudang adalah:
1.    Bandung ke Jakarta sebanyak 1.500 cases
2.    Bandung ke Makassar sebanyak 86.000 cases
3.    Surabaya ke Makassar sebanyak 94.000 cases
4.    Surabaya ke Kendari sebanyak 26.000 cases
5.    Bali ke Kendari sebanyak 57.000 cases
Proses pendistribusian produk yang tidak perlu dilakukan adalah :
1.    Bandung ke Kendari
2.    Surabaya ke Jakarta
3.    Bali ke Jakarta
4.    Bali ke Makassar


VI. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang menjelaskan mengenai analisis penerapan model transportasi dengan VAM dan MODI, maka penulis menyimpulkan bahwa:
1.    Dari hasil analisis diketahui bahwa penerapan model transportasi pada perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia dapat menghemat biaya distribusi.
2.    Dari hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa biaya transportasi distribusi yang optimal adalah sebesar Rp. 696.025.000,-
3.    Hasil solusi yang optimal yang diperoleh dengan menggunakan MODI dan hasil pengujian dengan menggunakan Stepping Stone menunjukkan hasil yang sama.
4.    Berdasarkan pembahasan dengan model yang digunakan penulis dalam membahas masalah kasus perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia, maka pada bab analisis menunjukkan bahwa probabilitasnya diterima karena pada proses distribusi dengan menggunakan model transportasi VAM dan MODI dapat menghemat / meminimumkan biaya transportasi dari Rp. 5 Miliyar untuk distribusi ke Makassar dan Kendari, menjadi Rp. 694.987.000,-. Serta dapat meningkatkan laba / pendapatan perusahaan.


  
 DAFTAR PUSTAKA

Afifah Fianda Utami Chandra Bhuana. Thesis. Pengembangan Model Operasional Cross-Docking Untuk Distribusi Produk Sayur Segar Mempertimbangkan Pengaturan Temperatur Dan Peletakan Produk Di Dalam Kendaraan Berpendingin. Bidang Keahlian Manajemen Logistik Dan Rantai Pasok. Institut teknologi sepuluh nopember Surabaya 2017

Nining Suharyanti, Riswandi Ishak. Jurnal  Akrab Juara, Volume 3 Nomor 4 Edisi November 2018 (97-113). Aplikasi sistem pendukung keputusan distribusi ikan berdasarkan model transportasi dengan metode vam (studi kasus:  pt. Kemilau bintang timur). Universitas Bina Sarana Informatika Jakarta.

Zainuddin Z. Skripsi. Analisis Penerapan Model Transportasi Distribusi (Dengan VAM dan MODI) pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia. Universitas Hasanuddin Makassar 2011.

Sarjono, Haryadi. Aplikasi Riset Operasi. Jakarta: Salemba Empat, 2010.

Yunistira Ayu Shukrini Yahya. Skripsi. Solusi optimum model transportasi pada cv. Manurindo di Makassar, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2014.

P. Siagian. Penelitian Operasional. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 2006.




No comments:

Post a Comment