PENERAPAN MODEL TRANSPORTASI VAM DAN MODI
UNTUK DISTRIBUSI PRODUK COCA-COLA BOTTLING
SISTEM TRANSPORTASI
Almerindo Bianco Sequeira
ABSTRAK
Penelitian
literatur ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan model transportasi distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling
Indonesia, Karena diketahui bahwa biaya distribusi dalam
perusahaan yang
saat ini sanggat tinggi.
Metode analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan model
VAM untuk memperoleh solusi awal, kemudian menggunakan model MODI untuk
memperoleh solusi akhir, dan menggunakan model Stepping Stone sebagai
perbandingan. Dari hasil penelitian dan perhitungan diperoleh hasil bahwa
penerapan model transportasi distribusi dengan menggunakan model VAM dan MODI
dapat menghemat biaya distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling
Indonesia.
Kata
Kunci : Model Transportasi Distribusian Produk.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap perusahaan di
dunia selalu mengharapkan keuntungan yang semaksimal mungkin agar siklus hidup
perusahaan dapat tetap berjalan baik itu perusahaan manufaktur maupun jasa. Untuk itu,
perusahaan tersebut harus mampu mengatur sedemikian rupa biaya yang digunakan
agar tetap terjadi rentang antara pengeluaran dan pemasukan perusahaan. Semakin
besar rentang antara pemasukan dan pengeluaran perusahaan, maka semakin besar
pula keuntungan yang akan diperoleh dengan harapan pengeluaran selalu lebih rendah
daripada pemasukan perusahaan. Salah satu biaya yang menjadi perhatian adalah
biaya dalam proses operasional perusahaan, karena biaya operasional
perusahaan merupakan langkah awal dalam merancang pengeluaran dan pendapatan
perusahaan.
Bagi perusahaan
manufaktur dan sebagian perusahaan dalam bidang jasa, biaya operasional tidak
terbatas hanya dalam memproduksi suatu barang
sampai menjadi barang jadi tetapi juga sampai barang tersebut dapat
didistribusikan agar dapat sampai kepada gudang hingga ke tanggan konsumen. Dalam
mendistribusikan produk ke berbagai daerah sebagai salah satu bagian dari
operasional perusahaan, tentunya membutuhkan biaya transportasi yang tidak
sedikit jumlahnya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang agar biaya
transportasi yang dikeluarkan seefisien mungkin dan tidak menjadi persoalan
yang dapat menguras biaya besar.
Perusahaan Coca-Cola
Bottling mempunyai beberapa pabrik dan gudang yang tersebar di berbagai wilayah
Indonesia yang kegiatan usahanya
memproduksi minuman ringan dalam jumlah yang besar. Dengan pendistribusian
produk minuman ringan yang banyak tersebut maka sangatlah cocok untuk mengukur
biaya distribusi yang efesien dengan menggunakan model transportasi VAM dan
MODI.
1.2 Identifikasi Permasalahan
Dari latar belakang
yang dikemukakan, maka permasalahan pokok yang akan dibahas yakni: Apakah
penerapan Model Transportasi distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling
Indonesia dapat menghemat biaya distribusi?
1.3 Tujuan
Penelitian literatur ini bertujuan untuk mengetahui biaya distribusi
yang efesien dalam
model transportasi distribusi produk
di perusahaan Coca-Cola Bottling
Indonesia.
1.4 Manfaat
1.
Sebagai
bahan pertimbangan awal untuk meningkatkan penghematan biaya distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling
Indonesia.
2.
Sebagai
bahan informasi bagi peneliti lainnya menyangkut analisa perusahaan dengan
menggunakan model transportasi distribusi.
II. DESKRIPSI SISTEM
2.1 Deskripsi
Sistem Aktual
A.
Deskripsi Perusahaan
Coca-Cola Boatting Indonesia
Perusahaan
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari
perusahaan-perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan
lokal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil
Limited (CCA), sebuah perusahaan publik dari Australia yang merupakan
perusahaan pembotolan dan distributor terbesar produk-produk Coca-Cola dunia.
B.
Pabrik dan
Gudang
1.
Pabrik
Perusahaan Coca-Cola
Bottling Indonesia mempunyai beberapa pabrik yang terletak di berbagai kota di
Indonesia, di antaranya:
a.
Bandung
Alamat: Jl. Raya Bandung – Garut Km. 2, Cimanggung – Sumedang.
b.
Surabaya
Alamat: Jl. Surabaya – Malang Km. 43, Kepulungan – Gempol.
c.
Bali
Alamat: Jl. Raya Bedugul Km. 21, Mengwi – Badung.
2.
Gudang
Seperti
halnya dengan pabrik, perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia juga mempunyai
beberapa gudang yang tersebar di berbagai kota, di antaranya:
a.
Jakarta
Alamat: Wisma GKBI, Jl. Sudirman 28.
b.
Makassar
Alamat: Jl. P. Kemerdekaan Km. 17.
c.
Kendari
Alamat: Jl. WR. Suprapto No. 18.
C.
Kapasitas
dan Permintaan
Adapun kapasitas
produksi setiap pabrik dan kapasitas kebutuhan setiap gudang adalah:
a.
Kapasitas produksi pabrik:
§ Bandung =
87.500 cases
§ Surabaya =
120.000 cases
§ Bali = 57.000 cases
b.
Permintaan kebutuhan gudang:
§ Jakarta = 1.500 cases
§ Makassar =
180.000 cases
§ Kendari =
83.000 cases
D.
Transportasi
dan Biaya Distribusi
1.
Jenis
Dalam
mendistribusikan produk ke setiap daerah atau gudang, Perusahaan Coca-Cola
Bottling Indonesia menggunakan dua jenis transportasi, yaitu:
a.
Untuk jalur antar pulau atau laut dengan menggunakan
kapal laut (kontainer).
b.
Untuk jalur darat dengan menggunakan truk (kontainer).
2.
Biaya
Adapun biaya
transportasi (Rupiah) perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia dalam
mendistribusikan produk dari setiap pabrik ke setiap gudang adalah:
a.
Bandung – Jakarta = Rp. 2.215.000,- per kontainer
b.
Bandung – Makassar = Rp. 8.860.000,- per kontainer
c.
Bandung – Kendari = Rp. 14.700.000,- per kontainer
d.
Surabaya – Jakarta = Rp. 2.100.000,- per kontainer
e.
Surabaya – Makassar = Rp. 6.300.000,- per kontainer
f.
Surabaya – Kendari = Rp. 8.620.000,- per kontainer
g.
Bali – Jakarta =
Rp. 4.625.000,- per kontainer
h.
Bali – Makassar =
Rp. 9.250.000,- per kontainer
i.
Bali – Kendari =
Rp. 11.325.000,- per kontainer
Adapun isi
setiap container berjumlah 3.200 cases. Jadi, biaya transportasi per cases
adalah:
a.
Bandung – Jakarta = 2.215.000 / 3200 = 692 per cases
b.
Bandung – Makassar = 8.860.000 / 3200 = 2.769 per cases
c.
Bandung – Kendari = 14.700.000 / 3200 = 4.594 per cases
d.
Surabaya – Jakarta = 2.100.000 / 3200 = 656 per cases
e.
Surabaya – Makassar = 6.300.000 / 3200 = 1.969 per cases
f.
Surabaya – Kendari = 8.620.000 / 3200 = 2.694 per cases
g.
Bali – Jakarta =
4.625.000 / 3200 = 1.445 per cases
h.
Bali – Makassar =
9.250.000 / 3200 = 2.891 per cases
i.
Bali – Kendari =
11.325.000 / 3200 = 3.539 per cases
Biaya transportasi selengkapnya dapat dilihat dalam tabel
1:
Dari Ke
|
Jakarta
|
Kendari
|
Makasar
|
Bandung
|
Rp. 692 / cases
|
Rp. 2.769 / cases
|
Rp. 4.594 / cases
|
Surabaya
|
Rp. 656 / cases
|
Rp. 1.969 / cases
|
Rp. 2.694 / cases
|
Bali
|
Rp. 1.445 / cases
|
Rp. 2.891 / cases
|
Rp. 3.539 / cases
|
Tabel 1; Biaya Transportasi produk Coca-Cola Botting
Indonesia
E.
Diagram Alir
Distribusi Produk Coca-Cola Booting Indonesia
Perusahaan
Coca-Cola Botting Indonesia memeliki tiga (3) pabrik untuk aktivitas produksi produk
Coca-Cola secara dinamis diantaranya; Pabrik Bandung, Pabrik Surabaya dan
Pabrik Bali, Serta perusahaan Coca-Cola Botting Indonesia juga memiliki tiga
(3) gudang terbesar di Indonesia untuk aktivitas pemasaran produknya keseluruh
customer di Indonesia dan luar negri, gudang-gudang tersebut diantaranya Gudang
Jakarta, Gudang Kendari dan Gudang Makasar. Untuk lebih jelasnya berikut
merupakan model diagram alir untuk transportasi distribusi produk Coca-Cola
dari pabrik ke gudang yang tersedia.
Vaiabel-variabel yang digunakan dalam transportasi dan
distribusi produk Coca-Cola Botting adalah sebagai berikut Si Kapasitas Penawaran
(S) unit dari Sumber (i), Dj Kapasitas Permintaan (D)
unit dari Tujuan (j), Xij Unit yang Dikirimkan
dari sumber i ke Gudang Tujuan (j),
Cij Biaya Angkut per
unit dari Sumber (i) ke Tujuan (j). Supply chain bersifat dinamis, sehingga dalam proses
memindahkan produk dari pabrik ke gudang distributor diikuti oleh arus
informasi dan dana.
Kuantitas produk coca-cola yang didistribusikan dari
setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan besarnya tertentu. Produk
Coca-Cola Botting yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan
besarnya sesuai dengan permintaan gudang dan kapasitas sumber pabrik.
2.3
Deskripsi Model yang Digunakan
Model yang diggunakan
dalam transportasi distribusi produk Coca-Cola Botting yaitu secara dinamis atau terus menerus dalam sistem operasional
perusahaan. Dalam mendistribusikan produk ke setiap daerah atau gudang, Perusahaan
Coca-Cola Bottling Indonesia menggunakan dua jenis transportasi, yaitu:
1.
Untuk jalur antar pulau atau laut dengan menggunakan
kapal laut (kontainer).
2.
Untuk jalur darat dengan menggunakan truk (kontainer).
III. PEMODELAN
3.1 Asumsi
Model
Dari pengamatan penelitian pada model transportasi
distribusi yang diggunakan oleh perusahaan Coca-Cola Botting untuk
mendistribusikan produk Coca-Cola dari pabrik ke gudang yang tersedia
membutuhkan biaya distribusi yang sangat besar, sehingga peneliti mengasumsikan
untuk meneliti dengan tujuan untuk meminimasikan biaya trasportasi distribusi
produk dari beberapa lokasi pabrik ke gudang-gudang perusahaan yang tersedia.
Model yang peneliti asumsikan adalah model transportasi Vogels Approximasi Method (VAM) dan Modified Distribution (MODI) untuk dapat
menghemat/meminimumkan biaya dan meningkatkan laba / pendapatan perusahaan.
3.2 Pengembangan
Model
Gambar 2; Diagram Model Konspetual
1.
Metode
Aproksimasi Vogel (VAM)
VAM merupakan cara yang lain yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan kasus transportasi dengan lebih mudah dan lebih cepat. Namun
demikian, penyelesaian yang diperoleh kadang belum optimal, tetapi hanya
mendekati optimal. Hasil penyelesaian masih bisa dioptimalkan dengan metode
lain.
Langkah – langkah Metode VAM menurut Sri Mulyono (1999),
“Proses VAM dapat
Diringkas sebagai berikut :
a.
Hitung opportunity cost untuk setiap baris dan kolom.
Opportunity cost untuk setiap baris i dihitung dengan mengurangkan nilai Cij terkecil pada baris itu dari nilai Cij satu tingkat lebih besar pada baris yang sama.
Opportunity cost kolom diperoleh dengan cara yang serupa. Biaya-biaya ini
adalah penalty karena tidak memilih
kotak dengan biaya minimum.
b.
Pilih baris atau kolom dengan opportunity cost terbesar
(jika terdapat nilai kembar, pilih secara sembarang). Alokasikan sebanyak
mungkin ke kotak dengan nilai Cij minimum
pada baris atau kolom yang dipilih. Untuk Cij
Terkecil, Xij = Minimum [Si, Dj]. Artinya penalty terbesar dihindari.
c.
Sesuaikan penawaran dan permintaan untuk menunjukkan
alokasi yang sudah dilakukan. Hilangkan semua baris dan kolom di mana penawaran
dan permintaan telah dihabiskan.
d.
Jika semua penawaran dan permintaan belum terpenuhi,
kembali ke langkah a dan hitung lagi opportunity cost yang baru. Jika semua
penawaran dan permintaan, solusi awal telah diperoleh.”
2.
Modified
Distribution (MODI)
Menurut Yuwono (2007),
“Solusi optimal menggunakan metode MODI ditentukan dengan mengikuti langkah
berikut :
a.
Solusi
awal telah diketahui / didapatkan
b.
Mencari
nilai baris dan kolom dengan rumus:
Keterangan
: R = Baris
K
= Kolom
C
= Biaya
Syarat:
·
Ada dua sel yang sudah
diketahui nilainya
·
Melalui sel yang
terisi
c.
Menghitung
nilai / indeks perbaikan setiap sel yang kosong dengan rumus:
d.
Memilih
titik tolak perubahan dengan nilai negatif paling besar
e.
Buat
jalur tertutup
f.
Ulangi
langkah b - e sampai indeks perbaikan
bernilai ≥ 0
V. PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS
5.1
Hasil Pengujian Model
Apakah penerapan Model
Transportasi distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia dapat menghemat biaya
distribusi ?
Bentuk analisis yang digunakan dalam penulisan laporang
ini adalah dengan menentukan solusi awal terlebih dahulu menggunakan VAM
(Vogel’s Approximation Method), kemudian mencari solusi akhir dengan
menggunakan metode MODI (Modified Distribution). Setelah biaya optimal distribusi
telah ditemukan menggunakan metode MODI, selanjutnya dilakukan penelitian /
perbandingan dengan menggunakan metode Stepping Stone untuk memberi keyakinan
bahwa biaya yang telah ditemukan benar-benar telah optimal. Dalam
mendistribusikan produk dari pabrik-pabrik ke gudang-gudang, perusahaan Coca-Cola
Bottling Indonesia menggunakan metode tersendiri. Untuk distribusi produk ke
Makassar dan Kendari, biaya transportasi yang digunakan oleh perusahaan dapat
mencapai Rp. 5 Milyar.
1. Analisis
dengan Menggunakan Model VAM (Solusi Awal)
·
Tahap 1
Mencari
selisih dua biaya terkecil setiapkolom dan baris :
Dari / Ke
|
Jakarta
|
Makasar
|
Kendari
|
Suplai
|
Selisih
|
|||
Bandung
|
692
|
2.769
|
4.594
|
87.500
|
2.077
|
|||
1.500
|
||||||||
Surabaya
|
656
|
1.969
|
2.694
|
120.000
|
1.313
|
|||
X
|
||||||||
Bali
|
1.445
|
2.891
|
3.539
|
57.000
|
1.446
|
|||
X
|
||||||||
Permintaan
|
1.500
|
180.000
|
83.000
|
264.500
|
||||
Selisih
|
36
|
800
|
845
|
Ø Dari tabel
di atas, ditemukan selisih terbesar berada pada baris Bandung yakni 2.077
Ø Selanjutnya
dari baris Bandung ini, kotak kosong dengan biaya terkecil berada pada kotak
Bandung - Jakarta.
Ø Kemudian
pada kotak tersebut diberi muatan maksimal yakni sebesar 1.500.
Ø Dengan
demikian untuk kolom Jakarta, total muatan sudah mencukupi dan selanjutnya
tidak perlu dicari selisih lagi.
·
Tahap 2
Dari / Ke
|
Jakarta
|
Makasar
|
Kendari
|
Suplai
|
Selisih
|
|||
Bandung
|
692
|
2.769
|
4.594
|
87.500
|
1.825
|
|||
1.500
|
86.000
|
X
|
||||||
Surabaya
|
656
|
1.969
|
2.694
|
120.000
|
1.313
|
|||
X
|
||||||||
Bali
|
1.445
|
2.891
|
3.539
|
57.000
|
648
|
|||
X
|
||||||||
Permintaan
|
1.500
|
180.000
|
83.000
|
264.500
|
||||
Selisih
|
-
|
800
|
845
|
Ø Dari tabel
di atas, ditemukan selisih terbesar berada pada baris Bandung yakni 1.825.
Ø Selanjutnya
dari baris tersebut, kotak kososng dengan biaya terkecil berada pada kotak
Bandung – Makassar.
Ø Kemudian
pada kotak ini diberi muatan maksimal yakni sebesar 86.000 karena sebelumnya
kotak Bandung – Jakarta sudah diberi muatan 1.500.
Ø Dengan demikian
untuk baris Bandung, total muatan sudah mencukupi dan selanjutnya tidak perlu
dicari selisih lagi.
Dari / Ke
|
Jakarta
|
Makasar
|
Kendari
|
Suplai
|
Selisih
|
|||
Bandung
|
692
|
2.769
|
4.594
|
87.500
|
-
|
|||
1.500
|
86.000
|
X
|
||||||
Surabaya
|
656
|
1.969
|
2.694
|
120.000
|
725
|
|||
X
|
94.000
|
|||||||
Bali
|
1.445
|
2.891
|
3.539
|
57.000
|
648
|
|||
X
|
X
|
|||||||
Permintaan
|
1.500
|
180.000
|
83.000
|
264.500
|
||||
Selisih
|
-
|
922
|
845
|
Ø Dari tabel
di atas, ditemukan selisih terbesar berada pada kolom Makassar yakni 922.
Ø Selanjutnya
dari kolom tersebut, kotak kosong dengan biaya terkecil berada pada kotak
Surabaya – Makassar.
Ø Selanjutnya
kotak tersebut diberi muatan maksimal sebesar 94.000 karena sebelumnya kotak
Bandung – Makassar sudah diberi muatan sebesar 86.000.
Ø Dengan
demikian untuk kolom Makassar, total permintaan sudah terpenuhi dan selanjutnya
tidak perlu dicari selisih lagi.
·
Tahap 4
Karena yang
tersisa 2 kolom (dari tahap 3), maka kita tidak perlu mencari selisih lagi
Dari / Ke
|
Jakarta
|
Makasar
|
Kendari
|
Suplai
|
Selisih
|
|||
Bandung
|
692
|
2.769
|
4.594
|
87.500
|
-
|
|||
1.500
|
86.000
|
X
|
||||||
Surabaya
|
656
|
1.969
|
2.694
|
120.000
|
-
|
|||
X
|
94.000
|
26.000
|
||||||
Bali
|
1.445
|
2.891
|
3.539
|
57.000
|
-
|
|||
X
|
X
|
57.000
|
||||||
Permintaan
|
1.500
|
180.000
|
83.000
|
264.500
|
||||
Selisih
|
-
|
-
|
-
|
Ø Dari tabel
di atas, karena kotak kosong yang terisi tersisa dua kotak, maka tidak perlu
mencari selisih lagi tetapi langsung diberi muatan sesuai dengan kebutuhan yang
tersisa.
Ø Untuk kotak
kosong Surabaya – Kendari, dibutuhkan sebesar 26.000, dan untuk kotak kosong
Bali – Kendari dibutuhkan sebesar 57.000.
Ø Dengan
demikian, seluruh kebutuhan baris dan kolom sudah terpenuhi yang berarti solusi
awal telah ditemukan.
·
Tahap 5
Dengan
demikian, besarnya biaya transportasi dari solusi awal yang telah didapatkan
adalah:
a.
Bandung – Jakarta
1.500 X 692 = 1.038.000
b.
Bandung - Makassar
86.000 X 2.769 = 238.134.000
c.
Surabaya – Makassar
94.000 X 1.969 = 185.086.000
d.
Surabaya – Kendari
26.000 X 2.694 = 70.044.000
e.
Bali – Kendari 57.000 X 3.539 = 201.723.000
Total 696.025.000
2. Analisis
dengan Menggunakan Model MODI (Solusi Akhir)
·
Tahap 1
Mencari
nilai baris dan kolom. Rumus: R (baris)
+ K (kolom) = C (biaya)
Dari / Ke
|
Jakarta
K = 692
|
Makasar
K = 2.769
|
Kendari
3.494
|
Suplai
|
|||
Bandung
R = 0
|
692
|
2.769
|
4.594
|
87.500
|
|||
1.500
|
86.000
|
||||||
Surabaya
R = -800
|
656
|
1.969
|
2.694
|
120.000
|
|||
94.000
|
26.000
|
||||||
Bali
R = 45
|
1.445
|
2.891
|
3.539
|
57.000
|
|||
57.000
|
|||||||
Permintaan
|
1.500
|
180.000
|
83.000
|
264.500
|
a.
Kolom
Jakarta = Rbandung + Kjakarta = Cbandung-jakarta
0
+ Kjakarta = 692
Kjakarta
=
692 – 0 = 692
b.
Kolom
Makassar = Rbandung + Kmakassar = Cbandung-makassar
0
+ Kmakassar = 2.769
Kmakassar
=
2.769 – 0 = 2.769
c.
Baris
Surabaya = Rsurabaya + Kmakassar = Csurabaya-makassar
Rsurabaya + 2.769 = 1.969
Rsurabaya =
1.969 – 2.769 = -800
d.
Kolom
Kendari = Rsurabaya + Kkendari = Csurabaya-kendari
-800 + Kkendari = 2.694
Kkendari = 2.694 – (-800) = 3.494
e.
Baris
Bali = Rbali + Kkendari = Cbali-kendari
Rbali
+ 3.494 = 3.539
Rbali
= 3.539 – 3.494
= 45
·
Tahap 2
Mencari
angka indeks. Rumus: C(biaya) - R(baris) – K(kolom)
Dari / Ke
|
Jakarta
K = 692
|
Makasar
K = 2.769
|
Kendari
3.494
|
Suplai
|
|||
Bandung
R = 0
|
692
|
2.769
|
4.594
|
87.500
|
|||
1.500
|
86.000
|
||||||
Surabaya
R = -800
|
656
|
1.969
|
2.694
|
120.000
|
|||
94.000
|
26.000
|
||||||
Bali
R = 45
|
1.445
|
2.891
|
3.539
|
57.000
|
|||
57.000
|
|||||||
Permintaan
|
1.500
|
180.000
|
83.000
|
264.500
|
a.
Bandung-Kendari
= 4.594 – 0 – 3.494 = 1.100
b.
Surabaya-Jakarta
= 656 – (-800) – 692 = 764
c.
Bali-Jakarta
= 1.445 – 45 – 692 = 708
d.
Bali-Makasar
= 2.891 – 45 – 2.769 = 77
Karena
tidak ada lagi nilai yang negatif, berarti solusi ini sudah optimal.
·
Tahap 3
Dengan demikian,
besarnya biaya transportasi dari solusi akhir yang telah didapatkan adalah:
a.
Bandung
– Jakarta 1.500 X 692 =
1.038.000
b.
Bandung
– Makassar 86.000 X 2.769 =
238.134.000
c.
Surabaya
– Makassar 94.000 X 1.969 = 185.086.000
d.
Surabaya
– Kendari 26.000 X 2.694 =
70.044.000
e.
Bali
– Kendari 57.000 X 3.539 = 201.723.000
Total 696.025.000
Jadi, total biaya
transportasi untuk mendistribusikan produk dari pabrik ke gudang pada solusi
akhir sebesar Rp. 696. 025.000,-
3. Analisis
Perbandingan Menggunakan Metode Stepping Stone
·
Tahap 1
Dari / Ke
|
Jakarta
K = 692
|
Makasar
K = 2.769
|
Kendari
3.494
|
Suplai
|
|||
Bandung
|
692
|
2.769
|
4.594
|
87.500
|
|||
1.500
|
86.000
-
|
+
|
|||||
Surabaya
|
656
|
1.969
|
2.694
|
120.000
|
|||
94.000
+
|
26.000
-
|
||||||
Bali
|
1.445
|
2.891
|
3.539
|
57.000
|
|||
57.000
|
|||||||
Permintaan
|
1.500
|
180.000
|
83.000
|
264.500
|
Evaluasi
kotak kosong dari Bandung – Kendari :
4.594 – 2.769 + 1.969
– 2.694 = 1.100
·
Tahap 2
Dari / Ke
|
Jakarta
|
Makasar
|
Kendari
|
Suplai
|
|||
Bandung
|
692
|
2.769
|
4.594
|
87.500
|
|||
1.500
-
|
86.000
+
|
||||||
Surabaya
|
656
|
1.969
|
2.694
|
120.000
|
|||
+
|
94.000
-
|
26.000
|
|||||
Bali
|
1.445
|
2.891
|
3.539
|
57.000
|
|||
57.000
|
|||||||
Permintaan
|
1.500
|
180.000
|
83.000
|
264.500
|
Evaluasi
kotak kosong Surabaya – Jakarta:
656
– 692 + 2.769 – 1.969 = 764
·
Tahap 3
Dari / Ke
|
Jakarta
|
Makasar
|
Kendari
|
Suplai
|
|||
Bandung
|
692
|
2.769
|
4.594
|
87.500
|
|||
1.500
-
|
86.000
+
|
||||||
Surabaya
|
656
|
1.969
|
2.694
|
120.000
|
|||
94.000
-
|
26.000
+
|
||||||
Bali
|
1.445
|
2.891
|
3.539
|
57.000
|
|||
+
|
57.000
-
|
||||||
Permintaan
|
1.500
|
180.000
|
83.000
|
264.500
|
Evaluasi
kotak kosong Bali – Jakarta:
1.445
– 692 + 2.769 – 1.969 +2.694 – 3.539 = 708
·
Tahap 4
Dari / Ke
|
Jakarta
K = 692
|
Makasar
K = 2.769
|
Kendari
3.494
|
Suplai
|
|||
Bandung
|
692
|
2.769
|
4.594
|
87.500
|
|||
1.500
|
86.000
|
||||||
Surabaya
|
656
|
1.969
|
2.694
|
120.000
|
|||
94.000
-
|
26.000
+
|
||||||
Bali
|
1.445
|
2.891
|
3.539
|
57.000
|
|||
+
|
57.000
-
|
||||||
Permintaan
|
1.500
|
180.000
|
83.000
|
264.500
|
Evaluasi
kotak kosong Bali – Makassar :
2.891
– 1.969 + 2.694 – 3.539 = 77
Karena tidak ada lagi
nilai yang negatif, berarti solusi biaya transportasi di atas sudah optimal
yakni sebesar Rp. 696. 025.000,-.
5.2 Analisis
Dari hasil perhitungan dengan model-model di atas adalah untuk
mencari solusi dan mendapatkan biaya transportasi yang minimum agar dapat
menghemat biaya total pengiriman Coca-Cola Bottling Indonesia dari suatu gudang
ke berbagai daerah tempat pemasaran. Model yang digunakan dalam penelitian untuk
menyelesaikan permasalahan dalam metode transportasi adalah model Vogel’s Approximation Method (VAM) dan
Modified Distribution (MODI).
Hasil solusi
yang optimal yang diperoleh dengan menggunakan MODI dan hasil pengujian dengan
menggunakan SSM menunjukkan hasil yang sama.
Dari
permasalahan yang dituliskan diatas bahwa Apakah penerapan Model
Transportasi distribusi pada perusahaan Coca-Cola Bottling Indonesia dapat menghemat biaya
distribusi? Maka hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa
biaya transportasi distribusi yang optimal adalah sebesar Rp. 696.025.000,- dan
dari
hasil perhitungan yang diperoleh, besarnya pendistribusian produk dari pabrik
ke gudang adalah:
1.
Bandung
ke Jakarta sebanyak 1.500 cases
2.
Bandung
ke Makassar sebanyak 86.000 cases
3.
Surabaya
ke Makassar sebanyak 94.000 cases
4.
Surabaya
ke Kendari sebanyak 26.000 cases
5.
Bali
ke Kendari sebanyak 57.000 cases
Proses
pendistribusian produk yang tidak perlu dilakukan adalah :
1.
Bandung
ke Kendari
2.
Surabaya
ke Jakarta
3.
Bali
ke Jakarta
4.
Bali
ke Makassar
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan
pada bab-bab sebelumnya yang menjelaskan mengenai analisis penerapan model
transportasi dengan VAM dan MODI, maka penulis menyimpulkan bahwa:
1.
Dari
hasil analisis diketahui bahwa penerapan model transportasi pada perusahaan Coca-Cola Bottling
Indonesia dapat menghemat biaya distribusi.
2.
Dari
hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa biaya transportasi
distribusi yang optimal adalah sebesar Rp. 696.025.000,-
3.
Hasil
solusi yang optimal yang diperoleh dengan menggunakan MODI dan hasil pengujian
dengan menggunakan Stepping Stone menunjukkan hasil yang sama.
4.
Berdasarkan
pembahasan dengan model
yang digunakan penulis dalam membahas masalah kasus perusahaan Coca-Cola Bottling
Indonesia, maka pada bab analisis menunjukkan
bahwa probabilitasnya diterima
karena pada proses distribusi dengan menggunakan model transportasi VAM dan MODI dapat
menghemat / meminimumkan biaya transportasi dari Rp. 5 Miliyar untuk distribusi
ke Makassar dan Kendari, menjadi Rp. 694.987.000,-. Serta dapat meningkatkan
laba / pendapatan perusahaan.
Afifah Fianda Utami Chandra Bhuana. Thesis. Pengembangan Model Operasional Cross-Docking Untuk Distribusi
Produk Sayur Segar Mempertimbangkan Pengaturan Temperatur Dan Peletakan Produk
Di Dalam Kendaraan Berpendingin. Bidang Keahlian Manajemen Logistik Dan Rantai
Pasok. Institut teknologi sepuluh nopember Surabaya 2017
Nining Suharyanti, Riswandi Ishak. Jurnal Akrab Juara, Volume 3
Nomor 4 Edisi November 2018 (97-113). Aplikasi sistem pendukung keputusan
distribusi ikan berdasarkan model transportasi dengan metode vam (studi
kasus: pt. Kemilau bintang timur). Universitas
Bina Sarana Informatika Jakarta.
Zainuddin Z. Skripsi.
Analisis Penerapan Model Transportasi Distribusi (Dengan VAM dan MODI) pada PT.
Coca-Cola Bottling Indonesia. Universitas Hasanuddin Makassar 2011.
Sarjono,
Haryadi. Aplikasi Riset Operasi. Jakarta: Salemba Empat, 2010.
Yunistira
Ayu Shukrini Yahya. Skripsi. Solusi optimum model transportasi pada cv.
Manurindo di Makassar, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2014.
P. Siagian.
Penelitian Operasional. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 2006.
No comments:
Post a Comment